Jumat, 20 Januari 2023

Gerakan yang Kulihat Pertama Kalinya Bersama Suamiku

19/01/2023

Malam itu, diwaktu isya. Aku mencemaskan janin yang ada di dalam perutku. "Mengapa belum terasa pergerakannya ya?" pikirku bertanya-tanya. Padahal kemarin begitu aktif dari siang hingga malam hari. Namun hari ini aku belum juga merasakan lagi pergerakannya. 

Lalu aku berdo'a kepada Allah SWT sehabis sholat isya, agar dapat segera merasakan kembali pergerakan janinku di dalam perut.

Sehabis sholat dan berdo'a, tak lama suamiku pulang dari tempat bekerja nya. Lalu aku bercerita padanya, dalam keadaan begitu cemas. Setelah itu, kami putuskan untuk makan malam seperti biasanya dengan menu sayur sop, tahu bubuk, dan juga sayuran lotek yang tempo hari lalu mamaku bekalkan ketika berkunjung kerumahnya.

Sehabis makan malam, alhamdulillah aku merasakan kembali pergerakan bayiku. MasyaAllah, betapa senang dan terharunya aku. Kali ini gerakannya dapat disaksikan pula dengan penglihatanku. Biasanya hanya terasa saja didalam perut, belum dapat kulihat gerakannya diluar perut. Segeralah ku beritahu suamiku, namun rupa nya buah hatiku masih sedikit malu-malu dilihat oleh ayahnya hihi sangat menggemaskan. 

Dia sangat aktif sekali bergerak, berputar dari perut bagian kanan ke perut bagian kiri. Setelah tendangannya dirasa begitu kencang dan berulang di perut sebelah kiri, aku mencoba untuk memberitahukan suamiku kembali, dan alhamdulillahnya dia bisa melihat juga pergerakannya. Dug, dug, dug tendangannya memantul di kulit perutku, seperti sedang berlatih taekwondo, ah lucu sekali kamu Nak. Tak sabar kami ingin bertemu.

Kamis, 19 Januari 2023

Luka Masa Kecil

Introvert.

Kepribadian yang semakin dewasa, makin melekat pada diriku. Bahkan setelah menikah, keadaanku semakin parah. Kepribadianku ini melebihi dari seorang introvert. Aku jadi semakin tertutup. Satu-satunya orang yang selalu bisa aku percaya dan bisa membuatku menjadi diriku sendiri ketika bersamanya selain keluargaku ialah hanya Suamiku. Kehadirannya dihidupku membuatku merasa tenang, nyaman, dan tak mau jauh darinya walaupun sebentar saja.

Setelah menikah, kami putuskan untuk tinggal berdua di salah satu kontrakan yang jaraknya dekat dengan tempat tinggal mertuaku, hanya berjarak 20 rumah perkiraanku. Alih-alih ingin hidup mandiri dengan tidak tinggal bersama orang tua dan juga mertua, namun malah membuatku jadi semakin tidak memiliki siapa-siapa di lingkungan baru ini kecuali hanya suamiku. Sampai saat ini, setelah menjalani pernikahan 6 bulan dengannya, aku masih belum bisa dekat dengan mertua dan keluarga suamiku. Berat rasanya hidup seperti ini, memaksakan untuk menjadi lebih terbuka dengan orang lain rasanya sangat membuatku tertekan, seperti ada satu beban yang sulit dikeluarkan. Mereka tidak ada yang jahat sama sekali, atau bahkan memperlakukanku tidak baik, aku yakin semua keluarganya menyayangiku. Namun, aku bahkan tak mengerti sampai saat ini masih belum bisa sedekat itu dengan mereka.

Pada satu waktu, aku masih ingat kala itu aku menangis dan meringik pada suamiku. Ada banyak sekali uneg-uneg dan semua beban pikiran yang ingin ku tumpahkan saat itu juga pada suamiku, tapi rasanya itu semua sulit. Aku hanya bisa menangis sesegukan dalam pelukannya. Sampai aku memohon padanya agar bisa membawaku ke psikolog untuk memperbaiki ini semua, namun suamiku tidak sampai hati untuk mengizinkanku. Ia menasehatiku dengan cara lembutnya, agar aku hanya perlu memohon pada Allah SWT atas apa yang sedang dirasakan saat ini, untuk dikuatkan hati agar bisa melewatinya dengan hati yang lapang dan juga ikhlas. Dia memang suamiku yang pengertian, dan membuatku sedikit lebih tenang. Tak lama dari situ, aku bangkit dan sholat mematuhi perintahnya untuk berdo'a pada pemilik alam semesta ini agar selalu diberikan kekuatan untuk menjalani ini semua.

Berbicara soal luka di masa kecil, aku jadi teringat dulu bahkan sebelum aku memasuki sekolah dasar. Saat itu umurku belum cukup untuk masuk SD. Aku tidak menjalani sekolah kanak-kanak atau TK seperti teman-temanku yang lain. Sosialisasi pertamaku yaitu di lingkungan pengajian dekat rumahku. Kala itu teman-temanku berasal dari anak-anak satu wilayah RT setempat, ada banyak laki-laki dan perempuan berkumpul disana, lalu kami saling berkenalan. Salah satu teman perempuan yang dekat dengan ku kala itu hanya sodara ku, Lena namanya. Kemana-mana dari mulai teman sepermainan, pengajian, pasti selalu dengannya. Dia anaknya ceria, pintar, dan juga mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun aku berbeda, bahkan aku sangat bertolak belakang dengan sifat dan juga karakternya. Sampai terkadang aku memcemburui situasi ini, ketika orang-orang sangat mengagumi dia karena karakternya, sedangkan padaku, mereka bahkan seperti tidak menganggapku ada disana karena diamnya aku membuat mereka tak berani untuk mengobrol atau bahkan dekat denganku. Sedih rasanya, aku semakin malu untuk memulainya. Terlebih, dulu kemampuan menghapal Al-Quran ku tertinggal dari yang lainnya. Jadi membuatku merasa insecure sekali, kalo kata bahasa anak jaman now.

Memasuki Sekolah Dasar aku kira sifatku bisa berubah, tapi nyatanya sama saja. Seperti yang kita tahu, dalam satu kelas pasti ada yang namanya geng/kelompok. Aku termasuk kedalam kelompok anak-anak yang bisa dibilang menengah. Dikelasku terbagi kedalam 3 kelompok, ada geng yang terdiri dari anak pintar kesayangan para guru, lalu ada geng menengah yang tidak terlalu disorot, dan ada juga geng yang terkenal karna nakal dan kurang dibidang akademisnya. Dulu anak-anak SD tuh sering banget ngebully satu sama lain dengan memanggil nama orangtua. Itu hal yang paling menyebalkan menurutku. Pernah satu waktu, memasuki kelas 4 SD. Aku bertengkar dengan salah satu temanku, bahasa sundanya itu "gelut" yang mana pertengkaran itu saling menyakiti fisik. Awalnya gara-gara dia menghina fisikku yang pendek dan juga menghina pekerjaan orang tuaku, lalu aku marah dan membalasnya dengan menyebut bahwa pekerjaan dari orangtuanya adalah seorang "bondon" alias pelacur. Kasar memang, tapi itu bentuk berontaku yang selama ini diam ketika diejek. Aku kesal, lalu dia naik pitam dengan menjambak rambutku. Aku tidak tinggal diam, aku membalasnya balik. Teman-teman yang lain bukannya melerai pertengkaran kami, mereka malah membuat kubu antara yang membelaku dengan yang membelanya. Kebetulan kelas sedang tidak ada guru, sampai ada teman dekatku yang tidak tega melihatku diperlakukan seperti itu, namun tak bisa meleraiku. Hingga akhirnya, mereka (Anggi, Devi, Sinta) pergi kerumahku yang jaraknya sangat dekat dengan sekolahku untuk melaporkan hal ini ke Mamahku, sontak Ibuku datang ke kelas dan khawatir akan keadaanku dan memberhentikan pertengkaran kami. Kejadian itu sampai terdengar ke ruang guru, lalu aku dipanggil dengan temanku itu. Aku dituduh mengadu pada orangtuaku, sementara yang melakukan itu bukan aku melainkan sahabat-sahabatku. Aku kesal, kenapa para guru tak ada yang berpihak padaku saat itu. 

Hal yang paling sangat membosankan semasa SD untukku ialah pelajaran olahraga. Aku merasa sangat tertinggal dipelajaran itu, hingga membuatku jadi sangat membencinya. Setiap ada pertandingan apapun, pasti timku kalah karena ulahku. Aku jadi sasaran tim lawan karena mereka menganggap aku paling lemah dan sangat mudah untuk dikalahkan. 

Memasuki SMP, kurasa masih belum ada perubahan. Aku menjadi lebih pendiam. Namun, puji syukur kepada Allah SWT nilai akademisku meningkat. Di Kelas 7, diantara yang lainnya aku adalah anak perempuan yang memakai hijab, waktu itu yang berkerudung masih terbilang minoritas. Aku merasa jadi kaum yang tidak sefrekuensi dengan teman-teman lainnya. Rasanya sangat terintimidasi sekali. Aku dikenal sebagai siswi yang berimage baik, tak ada yang berani mengusiliku. Hanya saja aku tampaknya tak memiliki teman karena sifat pendiamku ini. Aku duduk di meja paling depan dekat papan tulis, barisan kedua dari meja guru. Sendiri, benar-benar duduk sendiri. Tak ada yang mengajakku mengobrol, aku bingung harus melakukan apa. Lama kelamaan, teman di belakangku usil. Namanya Nefhia, dia merupakan wanita berhijab namun sangatlah ekstrovert. Dia selalu membulyku, aku selalu disakiti olehnya. Dia caper ke semua teman dan guru-guru. Lama kelamaan sifatnya mulai menampakkan aslinya. Dia membuka hijab yang selama ini dia pakai. Lalu temen-teman yang satu geng dengannya juga jadi risih akan sifatnya, lambat laun mereka pun mulai membicarakannya di belakang. Aku hanya jadi penonton yang tak mau ikut campur urusan mereka, namun aku sekaligus jadi saksi akan semua yang mereka lakukan. 

Meningkat ke kelas 8, teman-temanku sekelasku berganti. Karena waktu zaman SMP memang ketika kita naik kelas, satu kelas diacak kembali, mungkin agar satu sekolah menjadi saling mengenal luas jangkauan pertemanannya. Aku mulai agak sedikit nyaman dibandingkan dengan teman-teman kelas 7. Entah kenapa sifat pendiamku mulai memudar, dan teman-temannya juga kebanyakannya asyik sih. Aku tak terlalu menderita ketika di kelas 8. Namun, penderitaanku kembali terjadi ketika kelas 9 yang mana disatu kelaskan kembali dengan anak-anak kelas 7. Aku jadi kembali ke setelan awal. Aku banyak diamnya. Masa-masa SMP masa tersuram menurutku.

Memulai kehidupan baru ketika memasuki SMK, aku dihadapkan dengan lingkungan dan suasana baru. Teman-teman nya pun merupakan anak remaja yang menginjak dewasa. Pola pikirnya pun mulai menuju matang. Tak seperti dilingkungan SMP ku dulu. Kebetulan aku memasuki sekolah yang di dominasi oleh kaum wanita. Karena, aku masuk ke sekolah kejuruan yang mana diminati kebanyakan oleh para perempuan. Sebut saja nama sekolahnya SMK Negeri 3 Bandung. Disana persainganku semakin berat, karena basicly mereka kebanyakan berasal dari SMP Negeri yang bisa dibilang anak-anak yang memiliki nilai akademis tinggi kebanyakannya. Mayoritas dalam satu kelas menggunakan hijab, bisa di hitung oleh jari yang tidak memakainya. Dari kelas 10 sampai 12, teman-temannya itu saja, tak seperti di SMP yang setiap kenaikan kelas ada pergantian. Aku satu kelompok dengan anak-anak yang bisa dibilang gak neko-neko, kebanyakannya ukhti alias wanita-wanita alim. Aku pun satu bangku dengan teman yang selalu rangking 1 terus dikelas. Rasanya senang sekaligus sedih sih, senangnya dia bisa mengajariku pelajaran yang tidak aku mengerti, tapi sedihnya selama satu bangku dengannya, itu tak membuatku masuk dalam peringkat 5 besar dikelas, hahaha. Jika diluar waktu sekolah, kami sering kerja kelompok dirumah teman bergantian. Meskipun jauh dari daerahku, tapi mau tak mau kami harus mendatangi rumah temanku yang disepakati sebagai rumah yang dijadikan basecamp atau titik kumpul untuk mengerjakan tugas kelompok. Namun begitu, kami sangat enjoyed dengan itu semua. Setiap sehabis dibagi raport, pasti saja kami selalu menjadwalkan main ke mall untuk sekedar photo studio di Jonas Citylink. Sudah seperti budaya yang wajib dilakukan setiap semesternya kala itu.



Jumat, 13 Januari 2023

Jum'at Pagiku di Minggu Kedua 2023

Hari terakhir kerja di akhir pekan.

Rasanya malas sekali, tapi harus dipaksakan semangat, karena besok udah weekend. Hikssss. 

Nasi, ayam, tahu, dan kere sapi adalah menu sarapanku pagi ini sebelum pergi bekerja. Kita on the way dari rumah sekitar pukul 08.31 WIB, diantar suamiku tercinta.

Sampe dikantor, ngisi shiftee dan berlanjut buka laptop untuk memulai mengerjakan jobdesk yang kemarin sempat tertunda. Lalu minum pil multivitamin untuk kesehatan janinku, ditemani potongan pepaya segar. Agak melegakan rasanya, dibanding hari kemarin.

Semoga tetap semangat sampe nanti sore.

See youuuu.

Kamis, 12 Januari 2023

New Website, New Chapter!

Baru-baru ini lagi seneng banget nulis, karena aku anaknya introvert banget dan kurang nyaman kalo cerita langsung ke orang. Jadi lebih bebas dan luwes kalo nulis kayak gini, semua unek-unek bisa aku tumpahkan lewat sebuah tulisan yang menariknya bisa aku tulis dan baca kembali kapan saja. Dan ini akan menjadi kilas balik memoriku ketika aku membacanya kembali di beberapa tahun yang akan datang.

Selasa, 19 Januari 2021

About Me

Hallo, namaku Nurmala Sya'adiah. Orang- orang terdekatku biasa memanggilku dengan sebutan Mala, Mal, atau La. Ini merupakan blog pertamaku. Rencananya, aku ingin membagikan kisah hidup dan pengalaman menarikku disini, termasuk kisah tentang si dia hehehe.

Sedikit throwback pada tahun lalu. Banyak sekali hal tidak terduga yang terjadi dalam hidupku. Ujian, perjuangan, pengalaman baru, dan masih banyak lagi. Nanti akan ku kupas secara lebih detail setelah blog perkenalan ini.

Oh iya, berbagi sedikit tentang profilku. Aku merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara. Saat ini, umurku baru menginjak 23 tahun. Tahun 2019 lalu, aku baru saja lulus di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Swasta di Bandung, jurusan Akuntansi. Yap, meskipun kuliahku jurusan Akuntansi, namun aku sangat membenci yang namanya "angka". Anehnya, aku mampu menyelesaikan study ku sampai S1 dalam kurun waktu 3,5 tahun :) Ajaib memang.

Saat ini aku bekerja sebagai staff pada perusahaan Fashion terkenal milik salah satu artis Indonesia, aku tidak akan menyebutkan brandnya karena menurutku itu tidak begitu penting teman-teman, hehe.

Anyway, tau gak sih aku menulis blog pertamaku ini, dalam keaadaan masih di jam kerja lho. Stttttt, tapi tak masalah kok karena pekerjaanku tidak sedang deadline hari ini:) btw jangan ditiru loh ya teman-teman hahaha.

Segitu dulu ya perkenalannya kali ini. Next time, aku bakal sharing banyak pengalamanku pada blog selanjutnya. Stay safe and healty everyone! 😊


Follow My Instagram Account @nurmalasyaa

And Subscribe My YouTube Channel Nurmala Sya'adiah


Thankyou yang sudah membaca.





Gerakan yang Kulihat Pertama Kalinya Bersama Suamiku

19/01/2023 Malam itu, diwaktu isya. Aku mencemaskan janin yang ada di dalam perutku. "Mengapa belum terasa pergerakannya ya?" piki...